Pasar Beringharjo jadi satu sisi dari Malioboro yang sayang untuk ditinggalkan. Bagaimana tidak, pasar ini sudah jadi pusat pekerjaan ekonomi saat beberapa ratus tahun serta keberadaannya memiliki arti filosofis. Pasar yang sudah berulang-kali dipugar ini melambangkan satu tingkatan kehidupan manusia yang masih tetap bergelut dengan pemenuhan keperluan ekonominya.
Diluar itu, Beringharjo ikut adalah salah satunya pilar ‘Catur Tunggal’ (terbagi dalam Kraton, Alun-Alun Utara, Kraton, serta Pasar Beringharjo) yang melambangkan manfaat ekonomi. Lokasi Pasar Beringharjo awalnya adalah rimba beringin. Tidak lama sesudah berdirinya Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, persisnya tahun 1758, lokasi pasar ini jadikan tempat transaksi ekonomi oleh masyarakat Yogyakarta serta sekelilingnya. Beberapa ratus tahun lalu, pada tahun 1925, baru tempat transaksi ekonomi ini mempunyai satu bangunan permanen.
Artikel Terkait : https://tourjogjatransport.com/destination/sewu-temple-yogyakarta-27
Nama ‘Beringharjo’ sendiri dikasihkan oleh Hamengku Buwono IX, berarti lokasi yang sebelumnya pohon beringin (bering) diinginkan bisa memberi kesejahteraan (harjo). Sekarang, beberapa wisatawan memaknai pasar ini menjadi tempat berbelanja yang menyenangkan. Sisi depan serta belakang bangunan pasar samping barat adalah tempat yang pas untuk memanjakan lidah dengan jajanan pasar.
Di samping utara sisi depan, bisa didapati brem bundar dengan struktur lebih lembut dari brem Madiun serta krasikan (seperti dodol dari tepung beras, gula jawa, serta hancuran wijen). Di samping selatan, bisa didapati bakpia isi kacang hijau yang biasa di jual masih tetap hangat serta kue basah seperti hung kwe serta nagasari. Sesaat sisi belakang biasanya jual panganan yang bertahan lama seperti ting-ting yang terbuat dari karamel yang digabung kacang.